Desa atau Negeri Tomalehu Barat adalah salah satu Desa di Kecamatan Kepulauan Manipa yang masih memelihara tatanan adat yang diwariskan leluhur. Nama lainnya adalah Henakanama yang berarti negeri pertama yang dipercaya menjadi tempat lahirnya jawara asal Maluku yang tersohor hingga ke Negara Kincir Angin Belanda yakni Kapitan Jongker .
Kapitan Jongker oleh sebagian orang adalah legenda heroik yang tak terkalahkan dan dipercaya tak terbunuh melainkan hilang menjadi jelmaan burung. Hingga kini wajah sang kapiten penguasa daerah Pejongkeran itu bahkan mejadi misteri dan tidak terekspos. Dengan budaya tutur di Pulau Manipa, tak sedikit orangpun meyakini Sang Kapitan menghilang , menjadi jelmaan burung, serta memiliki nama dan berasal dari tempat yang berbeda .
Bahkan karena keberaniannya, tak ada serdadu Belanda pada masa itu yang paling dimitoskan kecuali Kapitan Jongker. Bahkan Namanya tertulis dalam sebuah akte tahun 1664 sebagai "Joncker Jouwa de Manipa", menunjukkan bahwa ia berasal dari Pulau Manipa , Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku
Jumlah penduduk yang kini menghuni Negeri Tomalehu Barat sebanyak 1.473 jiwa yang terdiri dari 297 kepala keluarga.
Tomalehu Barat memiliki luas wilayah 32 km2 dengan luas hutannya sebesar 29 km2 yang didalamnya berisi puluhan Sumber Daya Alamnnya seperti, Damar, Minyak Kayu putih, Sagu, Kelapa, Pala, Kopi, Kakau dan Cengkeh serta tanaman-tanaman produksi petani seperti, Kenari, Durian, Langsat, Manggis, Mangga, jeruk dan beberapa jenis tanaman perkebunan warga.
Jarak yang ditempuh dari wilayah Kota Ambon menuju Negeri Tomalehu Barat Pulau Manipa, memakan waktu sekitar 3 sampai 4 Jam perjalanan dengan menggunakan kenderaan laut speed boat, sedangkan jarak dari Negeri Tomalehu Barat, Kecamatan Kepulauan Manipa menuju Kota Piru ibukota Kabupaten Seram Bagian Barat dengan menggunakan kapal fery memakan waktu sekitar 4 Jam perjalanan.
Kehidupana masyarakat Negeri Tomalehu Barat masih terbilang tradisional, dari sisi ekonomi, masyarakat setempat masih memanfaatkan sumberdaya lokalnya dengan menkonsumsi pangan lokal seperti Sagu, Singkong dan umbi-umbian, hasil produk lokalnya juga sangat menjanjikan untuk kehidupan masa depan masyarakatnya seperti Cengkeh, Pala dan Kelapa serta hasil lautnya yang memiliki ekositem yang sungguh menjanjikan, ini dibuktikan dengan berbagai macam jenis ikan ada disana, baik ikan layangg, ikan dasar maupun habitat laut yang berpotensi memiliki nilai rupiah yang dapat menjamin kehidupan masyarakat setempat.
Kehidupan masyarakat yang masih tradisional ini menjadikan Negeri Tomalehu Barat memiliki potensi adat istiadat yang sampai saat ini masih kental ditemukan, seperti sistim gotong royong atau masyarakat disana menyebutnya (masohi) kearifan lokalnya menjadikan masyarakat hidup rukun, aman dan nyaman.
Kehidupan budaya dan tradisi adat istiadat di Negeri Tomalehu Barat, dapat dijumpai disana, forum Haikalima Henaluaka, merupakan penyatu Adat dan Budaya dari tujuh Negeri di pulau Manipa. Forum ini yang menyatukan masyarakat Pulau Manipa secara keseluruhan dalam setiap kegiatan, baik kegiatan yang bersifat lokal maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Kerjasama gotong royong (masohi) untuk membangun Pulau yang dihuni puluhan ribu penduduk ini merupakan sebuah kesepakatan dan kekompakan yang telah ditanamkan oleh para leluhur hingga sampai pada saat ini, dan hal tersebut tidak bisa dilepas apalagi dihilangkan, karena merupakan sebuah symbol kemakmuran masyarakat di Pulau yang dijuluki Pulau Huherina (Pulau Bersinar).
Keindahan alam , adat , budaya , ditunjang dengan masyarakat desa Tomalehu Barat yang melestarikan karya warisan leluhur diharapkan akan menjadikannya sebagai daya tarik salah satu tujuan wisata yang unik di Maluku .
Desa Tumalehu Barat memiliki keunikan tatanan adat dan budaya yang masih dipertahankan sebagai warisan leluhur . Selain itu Keunikan Desa Tomalehu Barat yang menjadi tempat kelahiran Kapitan Jongker dan masih bisa ditemukan beberapa jejaknya . Bahkan karena keberaniannya, tak ada serdadu Belanda pada masa itu yang paling dimitoskan kecuali Kapitan Jongker. Bahkan Namanya tertulis dalam sebuah akte tahun 1664 sebagai "Joncker Jouwa de Manipa", menunjukkan bahwa ia lahir di Tomalehu Pulau Manipa ,
Bukit Angka Muka , Air Kapitan Jongker , Belo Kapitan Jongker, Makam penyiar Islam dari Tuban - Jawa Timur maupun penyiar lainnya