Di desa Letvuan terdapat satu teluk kecill namanya teluk Ngil yang dalam bahasa Kei di sebut Hoat Ngil. Teluk kecil ini kemudian dibagi atas dua bagian, sebagian untuk tambatan perahu dan sebagian untuk tempat pemandian masyarakat Letvuan. Orang tua-tua kemudian menyusun tembok batu untuk memisahkan kedua bagian itu. Di sisi kiri dan kanan terdapat pohon nyiur yang melambai lambai dan pohon asam jawa yang memberi keteduhan. Di dalam bagian teluk untuk pemandian itu terdapat aliran air yang jernih mengalir dari lubang batu. Mata airnya adalah Lian hawang serta banyak belut (eloat) yang hidup di dalamnya. Air pemandian ini kemudian diberi nama Loat un karena banyak belut di dalam air tersebut. Ketika pasang naik seluruh air pemandian terasa garam. Ketika surut bagian yang ada mata air terasa tawar. Air ini selain sebagai pemandian juga bisa dipakai untuk mencuci pakaian, untuk masak dan minum. Di dalam air pemandian ini pula dibagi lagi atas dua bagian yang dipisahkan dengan tembok batu.. Bagian di sebelah timur untuk pemandian perempuan dan di sebelah barat untuk pemandian laki-laki. Tiap pagi dan sore hari, air Loat un selalu ramai, penuh tawa ria, berbagai gaya renang dan gaya lompat berpadu satu disitu. Semuanya menambah kedamaian hati. Sampai sekarang ini air loat un tetap menjadi tempat pemandian yang ramai dikunjungi, menjadi tempat latihan berenang untuk anak-anak, remaja maupun orang muda. Orang-orang Letvuan yang tinggal di kota Langgur, Tual bahkan yang pergi merantau ke luar daerah, ketika kemballi ke kampung tetap mandi untuk merasakan kesejukan air loat un.
Dari dahulu hingga sekarang fungsi air loat un tetap sama namun pohon asam jawa sudah diganti dengan pinang hias. Inilah keunikan air pemandian loat un.