Tari Lenso
Tari lengso atau tari adat ini pada mulanya merupakan tari penjemputan perang. Tari ini memakai alunan tifa dan totobuang. Bila roman buka para penari ini dengan muka yang senyum dan berseriseri, itu menandakan para laskar mereka pulang membawa kemenangan. Bila penari itu dengan muka yang sedih dan menggugurkan air mata, itu berarti para laskar mereka pulang membawa kekalahan, dan air mata yang jatu itu menandakan kekasihnya telah meninggal dalam medan pertempuran. Sekarang ini di Negeri Hutumuri, tari ini dijadikan tari penyambutan, dalam acara penyambutan tamu-tamu yang dihormati. Tari ini memaki Torban yang dipasan di para penari yang berbentuk kopia. Pada kedua ujung topi itu, dipasang bulu burung cendrawasih. Bulu burung cendrawasih adalah mengenangkan Bapa dari moyang Timanole, Simanole dan Silaloi yang berasal dari Irian (tanah Papua). Bapa Lukuna atau Lokonda ini berasal dari daerah Kainama (Papua) dan dia adalah seorang kepala suku, ialah suku Manggarengga. Setelah dia merantau ke Nusa Ina (Seram) maka dia lalu menikah dengan Lounusa Usalou, anak dari seorang kapitan besar bangsa Kakehan, dan dia mendapat gelar kapitan Supuhalatain