Pada abad ke XV dan XVI, sekitar tahun 1500 dan tahun 1600, ada satu keluarga yaitu Halaai Kasdew dan isterinya Dit Ratngil bersama keempat anak mereka yaitu Tebtut, Atmaan, Fadirsamai dan Alte Ni Dit, berlayar dengan kapal tiba disebelah barat pulau Kei Kecil
Kapal atau bahtera yang mereka tumpangi berlabu di teluk Marangan/Marang Ohoi Vuur. Ketika mereka melihat teluk Marangan, Halaai Kasdew melihat bahwa teluk ini mirip dengan satu teluk di Surbaya, maka teluk ini kemudian dinamakan kembali teluk Surbay. Keluarga Kasdew kemudian tinggal menetap di kampung tua sebelah utara Letvuan namanya Ohoi/kampung Lekil, distu berdiam keluargaRenleew/Ren Lee. Selama beberapa waktu mereka tinggal di ohoi Lekil, kemudian mereka berpindah ke dataran tinggi namanya Ohoi Vuur (Woma Rer) dan hidup dengan Keluarga El. Keluarga Kasdew dan Keluarga El kemudian mulai membangun Ohoi Vuur.
Setelah membangun Ohoi Vuur, Kasdew berangkat kembali ke Bali untuk urusan seperlunya. Kasdew kembali dengan Halaai Jangra dan Puterinya Dit Somar, mereka berlayar menuju ke selatan Pulau Kei, mereka diserang topan, badai hujan yang lebat dalam kegelapan malam.Jangra membawa 30 tombak, berlayar mengikuti selat Nirun hingga mendarat di Ler Ohoilim. 30 tpmbak itu di sandarkan pada batang pohon beringin tepatnya di Udar. Sedangkan Kasdew membawa 1 kelewang (Suruk Aferak), tiba kembali di Ohoi Vuur
Halaaw Kasdew setelah mencapai usia yang sudah tua, kemudian mengangkait Putera sulungnya yakni Tebtut menjadi raja di Ohoi Vuur bergelar Kurkur Mas Dir U.
Tebtut kemudian menikah dengan Dit Masik/Mesit. Anak dari Hilaai Yatvav dan dari perkawinan ini lahirlah 10 orang anak, 3 laki-laki yaitu : Kuding, Mar’I, Faliu serta 7 perempuan yaitu : Ub Ten Dit kawin dengan Songli, (Rat Rumat), Dit Sedat kawin dengan Kirkes (Rat Ibra), Bainvul kawin dengan Balbal Renwarin (Rat Yab Faan), Dit Nangan kawin di Matwair, Dit Sakin kawin dengan Kabir Banyal ( Rat Tayad), Dit Renyar kawin dengan Kapiten Fangur Rusbau (Rat Baldu, Dulla) dan Dit Sakmas kawin dengan Arnuhu Suarubun (Rat Danar).
Dari ke ke 7 anak perempuan dari Rat Tebtut, Dit Sakmaslah anak yang kuat, berani. Tegar, dan boleh dikatakan Perempuan Perkasa seperti laki-laki. Dia sangat rajin berkebun dan memeti. Setelah dewasa, Dit Sakmas inilah yang dipilih ayahnya untuk menjalankan misinya ke sebelah timur untuk bertemu dengan Arnuhu Suarubun di Danar
Kisah Perjalanan Dit Sakmas, berjalan melalui Ded El dan bertemulah Ia dengan Halaai Matan Vuun Sutra yang berasal dari Bali di desa Wain. Mereka berdua mengikat diri sebagai “orang bersaudara” Di tempat yang namanya Matan Bum, kemudian mereka berdua membuat perjanjian bahwa ketika Dit Sakmas meninggal jenasahnya dikuburkan di tempat perjanjian yakni matan bum di bawa pohon beringin (Vavu Dit).
Kemudian Dit Sakmas melanjutkan perjalanannya ke Danar, dan dalam perjalanan semua perbekalannya dirampok orang. Walaupun demikian Dit Sakmas tetap meneruskan perjalanannya ke Danar dan bertemu ARNUHU yang sedang sibuk mengerjakan perahu di pantai. Dit Sakmas menyapanya dan bertanya dimana tinggalnya Arnuhu dan ia berada dimana sekarang.
Arnuhu dengan menyembunyi dirinya ia menjawab bahwa orang itu berada dirumahnya, pada hal dia sendirilah orangnya.
Lalu Arnuhu Suarubun menghantar Dit Sakmas ke rumahnya dipersilahkan Dit Sakmas masuk dan duduk didalam.
Setelah tinggal beberapa waktu di danar, Dit Sakmas kemudian kembali ke Ohoi Vuur untuk melaporkan segala yang terjadi di tengah jalan kepada ayahnya.
Ketika ayahnya mendengar semua peristiwa yang terjadi atas anaknya Dit sakmas, yakni perampasan dan pencurian atas perbekalan Dit Sakmas, maka rat Tebtut menumpulkan keluarganya dan memerintahkan Merin Bal Rumlus untuk menaruh daun kelapa putih pada yafar tempat perbekalan Nen Dit Sakmas sebagai tanda larangan. Merin Bal meminta tolong adiiknya (Bal Warin) dan mengambil daun kelapa putih di Ohoiren, dan menaruhnya pada yafar perbekalan. Kemudian Nen Dit sakmas menaiki kerbau tunggananggnya berjalan kembali ke Danar. Walau sudah di taruh daun kelapa sebagai tanda larangan namun masih saja ada gangguan dalam perjalanan. Walaupun demikian Nen Dit Sakmas tetap melanjutkan perjalanannya. Tanda larangan itu kemudian dinamakan Hawear Balwarin yang sekarang disebut Hawear Balwirin.
Peristiwa perampasan, pembunuhan yang terjadi tersiar ke seluruh tanah Kei. Raja Tebtut kemudian meminta kepada Halaai Arnuhu Suarubun, Nen Dit Sakmas, Halaai Matan Vun Sutra, Halaai jangra dan Puterinya Dit Somar, supya mereka bertemu dalam suatu majelis akbar untuk menyelesaikan masalah-masalah ini . Pertemuan, meduvun ini dilaksanakan di Siran Siryen, Ngudrinin, Elar Ngursoen, yang dihadiri para pemuka masyarakat Kei. Kemudian mereka membawa Kerbau tunggangan Nen Dit sakmas, disembelih sebagai korban, Penyembelihan Kerbau ini kemudian menjadi tanda dan bukti lahirnya Hukum Lar Vul karena dimeteraikan dengan darah kerbau, kemudian daginnya dibagikan kepada 9 kelompok undangan yang hadir. Pembagiannya sebagai berikut :
1) Danar mendapat bagian kepala,
2) Ngursoin mendapat mata,
3) Elaar mendapat gigi,
4 )Wain mendapat hati jantungnya
5) Mastur mendapat Tanduk,
7) Ohoinol mendapat Perut
8) Bib Tetrat Vav mendapat Perut besar
9) Ohoider mendapat Empedu
Setelah Majelis akbar di Nuhu Roa, Kei Kecil, maka dilaksanakan Majelis Akbar di Nuhu Yuut. Halaai Bomav di Fer dan Halaai Jangra di Ler Ohoilim, mengusahakan dan memperjuangkan cita-cita yang luhur di Yuut Kei Besar yang dilangsungkan di Ler Ohoilim. Lima Halaai diundang untuk hadir dalam pertemuan akbar itu dan membagikan seekor ikan paus. Saat itulah dicanangkan hukum Ngabal, sebab bertempat di desa tempat disimpannya 30 tombak dari Bali, Kelompok Lor Lim yang mendapat bagian ikan paus itu ialah :